Viral! Siapa Cherry Lai Brandoville yang Dihujat Netizen Karena Lakukan Kekerasan ke Karyawan, Begini Kronologi Lengkapnya

--
Hot, Caraharian - Dunia video game Asia Tenggara kembali dihebohkan dengan kabar dugaan kekerasan yang dilakukan Cherry Lai Brandoville.
Cherry Lai yang dikenal sebagai salah satu pemilik Brandoville dan istri CEO Ken Lai belakangan ini menjadi sorotan netizen di media sosial.
Banyak warganet yang tampak mengecam tindakan Cherry Lai setelah beberapa mantan karyawannya membeberkan pengalaman pahitnya.
Baca juga: Link Download eFootball 2025 Versi 4.0.0 Patch Terbaru Apk Android, Ios dan PC
Faktanya, ini bukan kali pertama Brandoville terlibat kontroversi perlakuan kekerasan terhadap karyawannya.
Melalui penyelidikan lebih lanjut, Brandoville Studios dituduh menerapkan budaya krisis ekstrim (eksploitasi pekerja) pada tahun 2021.
Saat itu, Brandoville merupakan anak perusahaan dari Lemon Sky, sebuah studio CGI yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia.
Tuduhan budaya krisis ini muncul setelah jurnalis game Chris Bratt melakukan wawancara dengan mantan karyawan Lemon Sky dan Brandoville, yang dipublikasikan di saluran People Make Games (PMG).
Dalam video tersebut, salah satu karyawan Brandoville mengungkapkan bahwa para pekerja diperlakukan seperti seniman, namun sebagai seniman sekali pakai, atau istilahnya “seniman seni sekali pakai”.
Baca juga: Kronologi Akun Kaskus Gibran Rakabuming Bocor, Dispil Oleh Fufufafa, Cek Kebenarannya Disini
Menurut mereka, fenomena Crunch Culture atau eksploitasi terhadap pekerja sudah ada sejak lama. Hal ini diyakini dimulai pada tahun 2004 ketika kasus Pasangan EA menjadi pusat perhatian media.
Saat itu, Erin Hoffman membeberkan pengalaman suaminya mengalami budaya kerja ekstrem di EA Studios.
Meski permasalahan ini sudah terungkap ke publik, namun nyatanya praktik tersebut masih sering terjadi, terutama di perusahaan-perusahaan AAA besar ternama seperti Activision dan EA.
Namun, banyak pengembang game besar melakukan outsourcing ke studio independen seperti Lemon Sky dan Brandoville untuk memenuhi tenggat waktu proyek mereka.
Diketahui pula bahwa Bratt mewawancarai lebih dari 19 karyawan tahun lalu. Baik yang keluar maupun masih aktif di Lemon Sky dan Brandoville.